All Over Again
- - -
Selasa pagi, kamu tiba-tiba menyodorkan sesuatu
di depanku.
"A bouquet of white carnation, hmm? Really?
I'm not that innocent."
Kamu hanya tertawa, dan menggoyangkan buket
bunga yang masih kau pegang.
"Do you want this or do I have to feed it
to your neighbour's dog?"
Aku tersenyum, dan mengambil buket bunga
tersebut.
Kamis sore, kamu tiba-tiba muncul di meja
kerjaku sambil membawa bungkusan plastik berisi...
"Is that a coffee from that cafe two blocks
from here?"
"I know you kinda forget about tonight's
date because of your deadline."
Aku memucat. Janji kencan malam ini... kenapa
aku bisa lupa?!
Kamu hanya tertawa. "I know, I know. It's
okay. Here's your coffee and early dinner, please eat it before it gets too cold.
We can reschedule into Sunday, okay?"
Aku tersenyum kecut, karena sesungguhnya aku
sangat menanti-nantikan malam ini. Tapi deadline...
"It's a date."
Minggu pagi, kamu mengetuk pintu rumahku. Di
dalam mobil, terdapat keranjang piknik berisi, dari bau menggoda yang dapat
kucium dari pintu depan, pancake dari café favoritku. Kamu berdiri di sana,
tersenyum cerah, dengan pakaian santai tapi terlihat sangat cocok untukmu.
"You look amazing."
Sudah delapan bulan kita bersama, dan aku baru
menyadari bahwa aku sudah lupa kapan terakhir aku mengingatnya. Mungkin karena
kamu selalu di sini. Kita saling belajar satu sama lain, dan perlahan, aku
menyadari bahwa kehidupanku tidak serta merta sirna ketika dia pergi.
Karena kamu di sini. Dan kita adalah harapan
baru untukku, suatu hal yang aku harap akan bertahan.
"Thank you, babe. You look very
handsome."
(Image: The Sun and Her Flowers, Rupi Kaur)
- - -
Prequel dari 1813, 1814, 1822
No comments:
Post a Comment