Minggu Pagi
- - -
Minggu pagi ini aku bangun di atas awan.
Melirik ke kiri, awan.
Melirik ke kanan, awan.
Mendongakkan kepala ke atas, awan.
Meraba-raba daerah di bawah kedua tangan, dan,
yep. Benar. Awan lagi.
Hmm. Aneh. Terakhir ku ingat, aku sedang di
jalan dengan teman-temanku...
...dan saat itu sedang hujan besar...
...dan kemudian terdapat suara klakson mobil
dari arah kiri...
dan bagian depan mobilku memeluk tiang listrik.
Huh. Apakah aku sudah mati?
Kukira, aku akan berakhir di tempat yang
lebih... gelap. Bukan tertidur di atas awan.
"Wah, obat penahan rasa sakitnya bekerja
ampuh, ya. Dia sampai bicara ngawur gitu."
Suara adikku. Loh, aku kira aku waktu itu sedang
bersama teman-temanku. Apa adikku yang bawa mobil satu lagi? Atau yang dipeluk
oleh mobilku bukan tiang listrik tapi adikku?
Terdengar suara tawa, sebelum kemudian aku
merasakan sebuah tangan menyentuk tanganku, dan jemarinya menauti jemariku.
Loh, bukannya tadi aku sedang berada di atas awan?
"Bangun oy, gue aja udah bangun nih."
Samar-samar, aku mendengar suara temanku.
Bangun? Bukannya tadi aku sudah bangun?
Loh kok tiba-tiba gelap?
Perlahan, aku membuka mataku. Oh, aku ada di
sebuah ruangan.
Melirik ke kiri, jendela.
Melirik ke kanan, kulihat temanku berbaring
di... kasur rumah sakit? dan dengan raut wajah yang sangat kesal.
"Oy, lo masih ngomong sendiri itu.
Diem."
Well... di rumah sakit toh? Kukira di atas awan.
Tersenyum, aku menutup kedua mataku dan
berbicara kepada adikku yang memegang tanganku,
"Dek, temanku itu memang ambekan, tapi
bakal tenang kok asalkan dia tidur diiringi musik dangdut."
- - -
No comments:
Post a Comment