Kota Hujan
- - -
Ketika ibu saya SMA, entah mengapa beliau
memutuskan untuk kuliah di IPB. Padahal, beliau belum pernah ke Bogor. Tapi
mungkin, jika dulu ibu saya tidak memutuskan untuk kuliah di IPB, saya akan
lahir dan besar di kota lain. Mungkin.
(Atau mungkin, entah bagaimana, saya akan
menemukan kota ini. Takdir kan bekerja dengan cara yang misterius.)
Saya hapal kota ini. Atau mungkin lebih tepatnya
sehapal-hapalnya orang yang lahir dan besar selama delapan belas tahun di
sebuah kota. Setiap seluk beluknya, sudut kotanya, menyimpan sebuah cerita
yang, jikalau saya sedang bertemu dengan teman-teman lama, pasti dapat
diceritakan ulang dengan nada penuh nostalgia. Seringnya, diikuti dengan tawa.
Dan keinginan untuk tetap di sini, tetap tinggal di sebuah tempat familier dan
bukannya merantau menimba ilmu ke kota orang.
(Tapi, mau tidak mau, hal tersebut harus
dilakukan, hmm? Demi belajar untuk menjadi lebih dewasa, terkadang kita harus
meninggalkan rumah.)
Yang paling saya ingat, dan saya rindukan,
adalah hal yang membuat kota ini terkenal. Hujan. Entah ada sesuatu yang
istimewa dengan hujan di kota ini. Hujan yang terkadang bisa membuat saya
mendekam di sekolah hingga malam tiba karena lupa bawa payung atau jas hujan.
Hujan yang membuat saya berlarian hujan-hujanan seminggu sebelum ujian, karena
ia datang tiba-tiba.
(Hujan yang mengingatkan saya akan kamu, akan
kita. Hujan yang sesekali membuat saya rindu. Hujan yang memulihkan dan membuat
saya tersenyum, karena kenapa harus mengingat yang buruk jika masih ada yang
indah untuk dikenang?)
Kota ini menyimpan banyak kenangan, dan selalu
membuat saya tersenyum. Tunggu ya, sebentar lagi saya pulang.
- - -
No comments:
Post a Comment