Saturday, 5 January 2019

30HBC1905: a meeting of two souls


- - -

Jika seseorang memintaku untuk merekonstruksi ulang suasana, rasa minuman, musik yang terdengar, bahkan hal yang dibicarakan saat pertama kali bertemu denganmu, aku hanya akan tersenyum kecut dan menggelengkan kepalaku. Pertama kali bertemu denganmu, aku merasa bahwa kamu bukan seseorang yang menarik. Atau bahkan seseorang yang, belasan bulan kemudian, menjadi sosok yang cukup penting bagiku.

Tapi walaupun begitu, aku ingat matamu yang bersinar cerah. Suara beratmu yang terdengar indah. Senyum manis yang menyapa bibirmu saat kamu mendengarkanku berbicara.

Hingga saat ini, aku tidak mengerti apa yang membuatmu menghampiri mejaku pada hari itu. Mungkin karena saat itu tidak ada lagi meja yang kosong, sementara diriku duduk sendiri, terbuai oleh bacaan didepanku dan secangkir kopi dingin pada suatu sore yang biasa-biasa saja. Kamu datang dan menepuk pundakku, bertanya apakah kursi di depanku kosong. Aku hanya mengangguk. Kita berdua kemudian asik dengan kesibukan masing-masing, hingga tiba-tiba kamu bertanya mengenai buku yang sedang kubaca. Aku tersenyum kecil dan menjawab pertanyaanmu seadanya, berharap agar basa-basi ini segera selesai.

Saat itu, aku tidak sadar dua jam akan terlewati tanpa diriku melanjutkan bacaanku, terlalu terbuai dengan percakapan denganmu yang terasa mengalir begitu saja, seolah-olah kita adalah teman lama.

Sekarang, kamu duduk di depanku dan tersenyum kecil. Menanyakan apa yang sedang kupikirkan. Aku menjawab dengan sebuah senyuman, sembari berfikir bahwa jika saat itu aku menggelengkan kepalaku, berhenti menjawab pertanyaanmu, atau bahkan pergi tanpa saling menukar kontak satu sama lain, aku tidak akan merasakan hidup denganmu.

- - -

No comments:

Post a Comment