.
Ia
merasa sangat bosan.
Disekelilingnya,
orang-orang saling bercanda tawa, menari, membicarakan hal-hal yang tidak penting,
dan berusaha terlihat bersenang-senang walaupun dalam hati mereka tidak. Ia
tahu hal itu, karena ia sendiri memasang senyum palsu walaupun dalam hati ia
merasa bosan. Kesal.
Tapi
sayangnya, ia harus mengikuti hal ini sampai pukul sepuluh malam, waktu
tercepat untuknya pulang yang ditentukan oleh orang tuanya.
Ia tidak
tahu mengapa ia harus sekali datang
ke acara seperti ini. Ia tidak kenal dengan siapapun (bohong, sebenarnya ia kenal, tapi orang-orang yang ia kenal
bukanlah mereka yang ingin ia ajak bicara).
Ia
memutar untuk mengambil minum lagi, sebelum kemudian dari ujung penglihatannya
ia melihat sesuatu yang melayang-layang dan... bundar?
Balon?
Siapa
yang bawa balon di pesta dansa?
.
.
Jonathan
memegang erat-erat balon putih yang ia bawa. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa
Anna akan melakukan hal itu. Pertama memaksanya untuk datang ke acara pesta
keluarganya, kedua memaksanya untuk membawa sebuah
balon, Jonathan, please for me, ketiga mengabaikannya untuk pria lain dan
meninggalkannya sendirian di tengah-tengan manusia socialite yang memandangnya aneh karena ia membawa sebuah balon.
I really, really need to go home.
Mengangguk
kepada dirinya sendiri, Jonathan berputar dan perlahan-lahan berjalan menuju
pintu keluar ruangan. Tapi, baru beberapa langkah, ada sebuah tangan yang
memegang lengannya dan menghentikannya.
“Balon
yang bagus.”
Kaget
karena ada seseorang yang mengajaknya berbicara dan memuji balonnya, Jonathan berbalik dan kedua matanya langsung
bertemu dua bola mata berwarna hijau cerah.
Wah, cemerlang sekali warna matanya.
Tersentak
kaget karena tangan itu menepuknya pelan, ia baru menyadari bahwa ia belum
menjawab pertanyaan gadis di depannya. Tersenyum kecil dan mengangkat bahunya,
ia menjawab, “Terima kasih. Sayangnya, gadis yang memintanya tidak menyukainya.”
Gadis di
depannya mengerutkan keningnya. “Memang sebenarnya balon itu untuk siapa?”
“Mungkin
kau mengenalnya? Namanya adalah Anna Milton,” jawab Jonathan.
Gadis
itu mendengus, sebelum menjawab, “Ya, aku kenal dia. Beruntung kau hanya diminta
untuk membawa sebuah balon, beberapa bulan yang lalu ada seorang pria yang
membawakannya beberapa ikat bunga dan hampir satu lusin kotak cokelat.”
“Untung
saja aku tidak benar-benar mengencaninya,”
“Lucky you. Hey, mau ke balkon? Saat-saat
seperti ini aku sering kabur ke sana.”
“Kau
punya ide bagus.”
.
.
“Jadi,
kau dari keluarga Thompson?”
“Ya,
orang tuaku teman dekat keluarga Milton, dan ketika ada acara-acara seperti ini
aku pasti dipaksa ikut.”
“Poor you.”
.
.
“Kau
suka Star Trek juga?”
“Dammit Jim, I’m a doctor, not an elevator!”
“Hahaha,
nice one!”
.
.
“Kenapa
kau tiba-tiba memilih untuk mengejar Anna?”
“Well, gadis itu sangat cantik-“
“Typical.”
“-dan
beberapa minggu yang lalu aku melihatnya di toko buku membaca summary 1984-nya George Orwell, dan
ketika ku ajak bicara mengenai itu ia terlihat bersemangat. Beberapa hari yang
lalu aku menyadari bahwa ia begitu... posesif dan sedikit kekanak-kanakan.
Awalnya aku tidak ingin lagi mengencaninya, tapi ia memaksaku untuk datang ke
acara ini dan kupikir ini bisa jadi yang terakhir jadi... yah.”
“Whoa.
Aku tak menyangka bahwa Milton baca Orwell juga.”
“Apa
buku favoritmu?”
“Monsoon Tiger and Other Stories, karya Rain
Chudori. Kau?”
“That’s nice, but too much feelings. Will
Grayson, Will Grayson, karya John Green dan David Levithan.”
“Cool!”
.
.
“It’s already midnight,” ujar Jonathan.
Mereka berdua masih berada di balkon, dan sekarang menatap langit karena tidak
ada lagi yang mereka bicarakan.
“Whoa, sudah
tiga jam?”
“Ya,
sepertinya. Waktu berjalan begitu cepat, ya.”
“Hmm...”
“Hey, wanna meet again?”
“Sure.”
“This is my number,”
“This is mine. I’ll text you later, okay?”
“Okay.”
“Terima
kasih untuk obrolannya,”
Jonathan
mengangguk, dan, setelah sedikit ragu, mencium pipi gadis di depannya dan
memberikan balon yang sedari tadi ia pegang.
“You’re welcome, Marie.”
Marie
hanya tersenyum cerah.
End.
-a.m.r
.
P.S: Pictures
are NOT mine, it can be found on pinterest.com.
No comments:
Post a Comment